HASAN
AL-BASHRI
oleh: Salma Faizah Arrosyidah
A.
BIOGRAFI HASAN AL-BASHRI
Beliau
adalah Abu Sa’id al-Hasan bin Abil Hasan al-Bashri, salah satu
imam tabi’in terkemuka yang ucapan hikmahnya menyerupai perkataan seorang nabi,
seorang yang kafah dan rupawan yang telah menghabiskan seluruh umurnya untuk
ilmu dan amal.
Nama ayah
beliau adalah al-Yasar maula Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu sahabat
pilihan dan penulis wahyu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sementara itu, ibu beliau adalah Khoiroh maula Ummul Mukminin Ummu Salamah radhiallahu
‘anhu istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau lahir
di masa Khalifah Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu, tepatnya dua
tahun terakhir beliau menjadi khalifah.
Kelahiran al-Hasan
sangat menggembirakan Ummu Salamah radhiallahu ‘anha bahkan sang ibunda
(Khoiroh) menyerahkan kepada Ummu Salamah radhiallahu ‘anha untuk
memberikan nama pada anaknya. Ummu Salamah radhiallahu ‘anhu pun memberi
nama dengan nama yang beliau senangi, al-Hasan. Ummu Salamah radhiallahu
‘anha begitu sangat mencintai al-Hasan sehingga takala sang ibu keluar
untuk memenuhi hajat ummul mukminin, maka beliaulah yang mengasuh, mendiamkan
tangisnya bila ia menangis, bahkan ia menyusuinya. Karena besarnya kasih sayang
Ummu Salamah radhiallahu ‘anha kepada al-Hasan hingga air susunya keluar
membasahi kerongkongannya sehingga Ummu Salamah radhiallahu ‘anha
menjadi ibu susuan al-Hasan setelah sebelumnya ia adalah ibu bagi seluruh kaum
muslimin. Maka tinggallah ia di bawah kepengasuhan. Ummu Salamah radhiallahu
‘anha salah satu istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
paling banyak ilmunya dan paling banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, kurang lebih sebanyak 387 hadis telah ia hafal dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah seorang wanita
yang mampu baca tulis sejak masa jahiliah sehingga al-Hasan kelak akan menjadi
seorang pemuda yang gagah, rupawan, dan pemberani yang akan mewarisi warisan
nubuwwah berupa ilmu dan amal.
Demikian
pula kegembiraan itu tampak pada keluarga Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu
karena al-Yasar adalah orang yang sangat ia cintai.
Setelah
al-Hasan mencapai usia baligh, ia dan keluarganya pindah ke Bashrah sehingga ia
dikenal sebagai al-Hasan al-Bashri.
Al-Imam
AAdz-Dzahabi berkata, “Al-Hasan adalah seorang pemuda yang tampan, gagah, dan
pemberani.”
B.
GURU HASAN AL-BASHRI
·
Anas bin Malik,
·
‘Imran bin Hushain
·
Al-Mughirah bin Syu’bah
·
Abu Bakrah
·
An-Nu’man bin Basyir
·
Ibnu ‘Umar
·
Abdullah bin ‘Amr
·
Abu Hurairah
C. MURID
HASAN AL-BASHRI
·
Humaid ath-Thawil
·
Ayyub as-Sakhtiyani
·
Qotadah
·
Bakr bin Abdullah al-Muzani
·
Sa’ad bin Ibrahim
·
Ibnu ‘Aun
·
Al-Mu’alla bin Ziyad
·
Yunus bin ‘Ubaid
·
Wasil ibn Atho’
D.
TEMPAT TINGGAL
Pada usia 14 tahun, Al-Hasan pindah bersama orang tuanya ke kota Basrah, Iraq, dan menetap di sana. Dari sinilah Al-Hasan mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-Basri. Basrah kala itu terkenal sebagai knta ilmu dalam Daulah Islamiyyah. Masjid-masjid yang luas dan cantik dipenuhi halaqah-halaqah ilmu. Para sahabat dan tabi’in banyak yang sering singgah ke kota ini.
Di Basrah, Hasan Al-Basri lebih banyak tinggal di masjid,
mengikuti halaqah-nya Ibnu Abbas. Dari beliau, Hasan Al-Basri banyak belajar
ilmu tafsir, hadist dan qiro’at. Sedangkan ilmu fiqih, bahasa dan sastra
dipelajarinya dari sahabat-sahabat yang lain. Ketekunannya mengejar dan
menggali ilmu menjadikan Hasan Al-Basri sangat ‘alim dalam berbagai ilmu. Ia
terkenal sebagai seorang faqih yang terpercaya.
Keluasan dan kedalaman ilmunya membuat Hasan Al-Basri
banyak didatangi orang yang ingin belajar langsung kepadanya. Nasihat Hasan
Al-Basri mampu menggugah hati seseorang, bahkan membuat para pendengarnya
mencucurkan air mata. Nama Hasan Al-Basri makin harum dan terkenal, menyebar ke
seluruh negeri dan sampai pula ke telinga penguasa.
E. KELEBIHAN
Setelah
al-Hasan tumbuh menjadi seorang pemuda. Allah Subhanahu wa Ta’alakaruniakan
kecerdasan kepadanya, maka beliau menimba ilmu kepada para sahabatkibar
(senior) seperti Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah, Ibnu Umar, Abu
Hurairah, dan sejumlah sahabat kibar lainnya radhiallahu ‘anhum. Dengan
kemapanan ilmu dan kesungguhan dalam ibadah hal itu semakin menambah keutamaan
bagi al-Hasan. Sehingga tidak heran bila Qotadah mengatakan, “Al-Hasan adalah
orang yang paling mengetahui tentang halal dan haram.”
Abu
Burdah berkata, “Tidaklah aku melihat seorang yang lebih serupa dengan para
sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dibanding beliau.”
Humaid
bin Hilal berkata, “Suatu hari Abu Qotadah berwasiat kepada kami, “Tekunilah
Syaikh ini, karena aku tidak melihat seorang yang pendapat-pendapatnya lebih
mirip dengan pendapatnya Umar selain beliau.”
Anas
bin Malik berkata, “Bertanyalah kalian kepada al-Hasan, karena beliau selalu
ingat tatkala kami lupa.”
Allah
memberikan karunia umur kepada Hasan al-Basri hingga berusia lebih dari 80
tahun dan telah memenuhi dunia ini dengan ilmu, hikmah dan fiqih. Warisan yang
diunggulkannya bagi generasi kini di antaranya adalah kehalusan dan
nasihat-nasihatnya yang mampu menyegarkan jiwa
dan mampu menyentuh hati, menjadi petunjuk bagi mereka yang lalai akan
hakikat kehidupan dunia serta ihwal manusia dalam menyikapi dunia.
Ibrahim bin Isa al-Yaskuri berkata,
“Aku tidak melihat seseorang yang selalu berada dalam kesedihan (takut akhirat
ed.) kecuali al-Hasan. Aku tidak melihatnya melainkan seperti seorang yang baru
terkena musibah.”
As-Surri bin Yahya berkata, “Adalah
al-Hasan selalu berpuasa bidh, puasa pada bulan-bulan haram (mulia), demikian
juga puasa Senin dan Kamis.”
Dari Syu’aib ia berkata, “Aku pernah
melihat al-Hasan tengah membaca Alquran sedang ia menangis sampai mengalir air
matanya membasahi jenggotnya.”
F.
WAFAT
Dari Abdul Wahid bin Maimun maulah
Urwah bin Zubair radhiallahu ‘anhu ia berkata, “Datang seorang kepada Ibnu
Sirin seraya mengatakan, ‘Aku bermimpi melihat seekor burung mengambil
kerikilnya al-Hasan di masjid.’ Lalu Ibnu Sirin berkata, ‘Seandainya yang kamu
ucapkan benar maka berarti al-Hasan akan meninggal dunia.’ Tidak berselang lama
lalu meninggallah al-Hasan.”
Dari Hisyam bin Hassan, “Kami sedang
duduk-duduk bersama Muhammad bin Sirin pada sore hari di hari Kamis. Tiba-tiba
datang seorang laki-laki selepas shalat Asar seraya mengabarkan bahwa al-Hasan
telah meninggal dunia, maka Muhammad bin Sirin mendoakannya dan sepontan raut
mukanya berubah kemudian diam seribu bahasa. Beliau tidak berbicara sampai
tenggelam matahari.”
Pada malam Jum’at, di awal Rajab
tahun 110H, Hasan Al-Basri memenuhi panggilan Robb-nya. Ia wafat dalam usia 80
tahun. Penduduk Basrah bersedih, hampir seluruhnya mengantarkan jenazah Hasan
Al-Basri ke pemakaman. Hari itu di Basrah tidak diselenggarakan sholat Ashar
berjamaah, karena kota itu kosong tak berpenghuni.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
merahmati Imam al-Hasan al-Bashri dengan rahmat yang luas dan memasukkan kita
semuanya ke surga-Nya yang tinggi yang buah-buahnya begitu dekat untuk diraih.
Amin.